"Hidup adalah pilihan"
Disaat kita harus membuat suatu pilihan dalam hidup terkadang sulit memang tapi kita tetap harus memilih. Pilihan yang kita tentukan bukan berarti akan selalu benar dan sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan inginkan. Didalam pilihan harus ada yang dikorbankan dan dipertahankan. Hasil dari sebuah pilihan akan menentukan arah selanjutnya dan akan lebih baik dengan kita untuk bijak menyikapi semuanya in GOOD or BAD results.
Pilihan gw dimulai saat harus mengorbankan seorang manusia yang menurut gw hampir sempurna, teramat-sangat baik hati orang ini sampai akhirnya gw sadar untuk ga mau nyakitin dia terus. 12 tahun waktu yang tidak singkat antara gw sama dia. Suka duka semua uda dialami, gw sayang banget sama orang ini dan gw juga sadar bahwa dia itu juga TULUS sayang dan cinta sm gw. Tapi ntah kenapa gw manusia yang sangat manusiawi, gw ga pernah yakin klo dia itu akan jadi pilihan terakhir di hidup gw. Pertama karena "perbedaan" kita, walopun dia sudah yakin untuk menyamakan dengan gw, tapi gw ga yakin akan semudah pikiran dia karena saat dia menjatuhkan pilihan ke gw disitu juga gw menjadi ragu dan ketakutan akan masa depan hubungan gw sama dia.
Latar belakang keluarga yang beda juga menjadi faktor utama. Gw dilahirkan dari ibu berdarah Minang dan ayah berdarah arab Pontianak. Dimana keluarga bokap gw masih sangat menjunjung tinggi adat-istiadat dan tradisi nenek moyangnya yang mengharuskan setiap wanita keturunannya menikah dengan pria berlatar belakang keturunan arab juga. Gw dibesarkan oleh orang tua yang sangat demokratis, mereka sangat membebaskan atas semua yang menjadi pilihan gw selama hampir 25 tahun hidup di dunia ini. Untuk soal jodoh terlebih bokap gw selalu membebaskan gw hanya syarat harus seiman dan tidak harus dengan keturunan arab. Tapi nyokap gw punya sedikit ketakutan yang mendera, yaitu pesan dari Umie (ibu dari bokap) yang menyuruh gw nikah dengan pria arab. Bokap gw bisa bersifat agak santai tapi tidak dengan nyokap. Dia lebih merasa tidak enak atas pesan dari mertuanya tersebut. Maka dari itu gw tidak pernah sekalipun mengenalkan pacar gw ke orang tua gw, dan memang bukan sifat gw juga yang bisa terbuka untuk hal pribadi gw even ke orang tua sendiri.
Singkat cerita kemaren itu gw cut-off semua sama dia setelah hampir sebulan ga ketemu dan ga komunikasi, gw ambil kesempatan ini untuk lepasin diri dari dia. Dia awalnya ga terima dan emosi banget sama gw sampai akhirnya dia nyerah dan hapus bbm gw di bb dia. Gw drop pas liat bbm list gw sudah ga ada dia tapi yah mungkin emang sudah jalannya, gw coba kuatin diri gw. Sampe akhirnya dia sms gw minta atm dia yang ada sama gw, itu untuk pertama kalinya gw ketemu dia lagi dan dia ga mau liat muka gw dan langsung pergi setelah atmnya gw kasih. Setelah itu dia beberapa kali kirim sms ke gw yang isinya buat gw merasa sedih, dalem dan bersalah banget uda buat dia kaya gitu. Jujur aja gw juga berjuang koq untuk kuat. Gw ga bahagia seperti apa yang dia bayangin.
Gw ngerasa kosong, kesepian, sedih dan kangen sama smua hal yang kita laluin bersama. Ga mudah jalanin ini smua buat gw. Dia itu tak akan terganti di hati gw...
"You are IRREPLACEABLE, Hun"
Pilihan yang gw ambil saat ini juga bukan pilihan yang seutuhnya baik dan benar untuk gw. Tapi gw merasa gw ga akan bisa maju kalo gw ga pernah ambil resiko. Ya, gw milih lepasin dia karena Uta. Lelaki yang sampai saat ini gw juga ga nemuin kemana arahnya. Awalnya gw berpikir angan gw sama dia akan terwujud dan berakhir sesuai harapan gw. Namun pada kenyataannya semuanya berbanding terbalik, Uta tetap menjadi lelaki yang tanpa kepastian. Sifat dingin dan polosnya seakan membawa gw ke lubang hitam yang lebih dalam dan gelap. Gw berusaha sekuat hati dan tenaga untuk berjuang menghadapi dia tapi kenyataannya dia masih sama seperti dulu.
Dia anggep gw teman baiknya, dia kadang buat melayang terbang ke langit ke tujuh dengan kata-kata yang tercetus dari mulutnya tapi seketika itu juga dia menjatuhkan dan menghempaskan gw entah disengaja atau tidak tanpa memikirkan perasaan gw. Sakit memang tapi inilah resiko dan gw harus bertanggung jawab atas apa yang jadi pilihan gw.
"Sekarang aku tersadar cinta yang ku tunggu tak kunjung datang
Apalah arti aku menunggu bila kamu tak cinta lagi
Namun ku rasa cukup ku menunggu
Semua rasa t'lah hilang..."
Ini mungkin jadi salah satu TITIK ANTIKLIMAKS gw sama Uta atau bisakah gw anggap ini KARMA gw karena uda nyakitin Hun? Hmmm... gw ga mau picik berpikir ini karma untuk gw, harusnya gw pikir ini emang jalann dan jawaban dari Allah bawa Uta emang bukan pilihan untuk gw. Gw ga mau berlarut-larut terbawa down karena masalah ini. InsyaAllah gw akan lebih kuat dan tegar koq. Ini smua namanya proses hidup dan pelajaran untuk kedepannya...
P.S : Gw akan cerita tentang Uta dipostingan selanjutnya.


